Part 1 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2015/01/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-1-by-risky.html
Part 2 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2015/02/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-2-by-risky.html
THE FAMOUS
Seminggu kemudian.
“Hai,
Ai-chan, sudah pulang?!”
“Eh,...”
Apa aku nggak salah lihat. Kak Masaya nungguin aku di depan kelas. Memang sih
sudah seminggu ini, dia ngebantuin aku ketika aku ketemu kak Ryan, aku hubungin
dia trus dia akan datang nolongin aku. Tapi aku tidak percaya kalau dia mau
nungguin aku di depan kelas “Masaya-nii
chan, kok bisa ada disini?” kataku sambil celingak-celikuk.
“Aku
jemput kamu, kemarin kamu bilang takut pulang sendiri karena Ryan selalu
gangguin kamu.”
“Maaf
sudah merepotkan.”
“Nggak
kok, aku senang bisa membantu”
Wah,
bukan saja tampan tapi kak Masaya juga punya hati yang sangat lembut dan perhatian.
“Masaya...”
terdengar teriakan seorang cewek. Aih, ternyata teriakan itu dari kak Jane, dia
bersama teman se-gengnya. Kak Jane merupakan anggota geng ‘The famous’, seperti nama gengnya, mereka memiliki ketenaran yang
luar biasa. Hal itu karena anggotanya memiliki wajah yang cantik dan merupakan
orang-orang yang berduit. Geng ini terdiri dari empat orang termasuk kak Jane
di dalamnya.
“Jane?!”kata
Masaya.
“Masaya
lagi ngapain? Kok berdua ama anak ini?”
“Oh,
maksud kamu Ai-chan? Aku mau ngantar
dia pulang.”
Hahaha...
aku bersorak dalam hati. BANZAI!!! (Horray).
Pasti kak Jane kesal abis, karena kak Masaya mau ngantar aku pulang.
Hehehe... rasakan itu!
“Masaya,
pulang bareng aku aja yuk!” kata kak Jane sambil mengaitkan tangannya ke lengan
kak Masaya.
Wekh,
enak aja. Langsung datang nyerobot. Aku kan juga mau pulang bareng kak Masaya.
“Hmm...
tapi aku udah janji sama Ai-chan untuk ngantar dia pulang. Iya kan Ai?”
“I..Iya..”
Perkataan kak Masaya membuat hatiku damai. Sekarang pasti kak Jane mati kesal.
Anggota ‘The famous’ yang lain
berjalan ke belakangku. Aduh, ada apa ini? Firasatku akan terjadi hal buruk
nih.
“Oh...
gitu, padahal aku mau minta Masaya ngebantuin aku ngerjain PR bahasa Jepangku.”
Kak Jane memasang tampang putus asa. “Nggak bisa yah?” Gawat dia pasang tampang
memelas, kak Masaya jangan tertipu dengan tampangnya itu.
“Eh,
Ehm... gimana yah, aku udah terlanjur janji sih.”
SIP, kak
Masaya nggak terpengaruh. Tiba-tiba salah satu dari anggota ‘The famous’ yang lain bicara. Dia adalah
kak Riri.
“Kalau
Masaya mengkhawatirkan anak ini, biar kami saja yang antarkan dia pulang. Dia
pasti aman bersama kami.” Katanya dengan nada yang meyakinkan. “Bagaimana Ai –chan?!” dia meremas tanganku dari
belakang.
“Aouw!”
kataku karena sakit.
“Ai-chan ada apa?” tanya kak Masaya
khawatir.
“Ada apa
Ai-chan?” kak Riri juga bertanya kepadaku seakan bukan dia tak melakukan
apa-apa padaku. Tapi apa yang harus kulakukan, kalau kukatakan bisa-bisa aku
dapat masalah dengan mereka. Dari gosip yang tersebar di sekolah, katanya semua
anak yang berani melawan ‘The famous’
akan mengalami nasib yang sangat tragis selama masih bersekolah disini. Dengan
terpaksa, aku harus memberi jawaban yang terbaik.
“Ehm...
nggak apa-apa kok, Kak! Kakak pergi saja sama kak Jane, biar aku pulang
ditemani teman-teman kak Jane.”
“Baiklah
kalau gitu. Jaga dirimu yah!” kata kak Masaya. Secepat kilat kak Jane mengkait
tangan kak Masaya dan menariknya pergi.
Aduh, kok kak Masaya pergi
sih?! Gimana nasibku selanjutnya yah?”
####
Sesuai
dugaanku, tidak mungkin mereka akan mengantarkan ku pulang. Mereka membawaku ke
gudang sekolah, lalu mendorongku.
“Aouw....
sakit...” kataku sambil memegang tanganku yang tertabrak di tembok karena di
dorong oleh mereka.
Mereka
bertiga berdiri dihadapanku, bergantian mencaci maki aku. Aku cuma bisa
menundukkan kepalaku.
“Hei,
anak kecil, kamu itu genit banget yah? Terus-terusan berada di sekeliling
Masaya. Mengganggu pemandangan banget.” Kak Riri membentakku lalu menjambak
rambutku.
Aku
sudah tidak bisa membendung air mataku “Aouw... sakit... kak... hiks...
hiks...” kataku sambil berusaha melepaskan tangan kak Riri dari kepalaku.
Dia lalu
mendorongku lagi ke tembok. Aku sudah tidak berdaya menghadapi tiga monster
ini.
“Kalau
kamu berani dekat-dekat dengan Masaya lagi, kami bakalan melakukan hal yang
lebih kejam dari ini. Yuk, kawan-kawan kita pergi ninggalin si centil ini.”
Mereka bertiga pergi meninggalkan aku.
Aku tak
tahu harus bagaimana lagi, setelah mereka pergi yang kubisa hanyalah menangis sendirian
di gudang yang gelap ini.
####
Dua hari kemudian.
Sudah
dua hari ini aku nggak ngebalas SMS kak Masaya, juga nggak ngangkat telpon
darinya entah apa yang dia pikirkan. Tapi, aku harus melakukan ini supaya aku
nggak berurusan sama geng ‘The famous’ itu lagi. Setiap pulang sekolah aku juga
berusaha menghindar darinya. Mana Mia nggak ada lagi, padahal aku lagi butuh-butuhnya
teman curhat. Sekarang Mia sedang pergi berkemah, sudah empat hari dia disana,
besok lusa baru dia pulang.
“Ai,”
kudengar suara kak Masaya dibelakangku, aku segera mempercepat langkahku. Tapi
dia menangkap tanganku dari belakang.
“Ai-chan,
kamu kenapa? Kenapa kamu ngehindarin aku?”
“Aku
nggak pa-pa kok,” kataku sambil berusaha lepas dari tangannya.
“Ada
yang aneh denganmu...”
“Beneran,
aku nggak apa-apa!!” aku mempertegas ucapanku sebelumnya. Aku berusaha
secepatnya bisa menjauh dari Masaya, karena kalau sampai ‘The famous’ lihat aku sama kak Masaya, aku bakal habis.
Kak
Masaya melepaskan tangannya, “Kalau memang kamu nggak apa-apa, temani aku ke
toko buku hari minggu ini, ada buku yang ingin ku cari, aku juga mau ngobrol
dengan kamu. Aku akan datang ke rumahmu untuk menjemputmu” Kak Masaya lalu
pergi.
Kak
Masaya... sebenarnya aku mau di dekat kamu tapi kalau dilihat sama ‘The famous’, aku bisa mati.
####
Hari Minggu di kediaman Akagi.
“Masaya wa doko e ikimasuka?” (Masaya mau
pergi ke mana?) Ucap seorang wanita paruh baya yang terlihat seperti keturunan
Belanda. Usut punya usut, ternyata ibu Masaya adalah orang Pranciss, itulah
sebabnya mengapa rambut Masaya berwarna pirang. Ayahnya orang Jepang, merupakan
pemilik ‘Akagi-corporation’ salah satu dari tiga perusahaan furniture terbesar di dunia. Mereka
pindah ke Indonesia sementara, karena ingin mengawasi secara langsung kinerja
anak perusahaan mereka yang ada di Indonesia.
“Mise e ikitai desu.” (Ingin ke toko buku)
“Mise de nani o shimasuka?” (Ke toko buku
mau apa?)
“Hon o kaitai desu.” (Ingin beli buku)
“Dare to isshoni ikimasuka?” (Pergi
dengan siapa?)
“Watashi no tomodachi desu.” (Dengan
teman)
####
Di kediaman Ogata.
‘TING...TONG...’
‘TING... TONG...’
“Ya,
tunggu sebentar!” ibu membukakan pintu.
“Ohayou gozaimasu! Ai-nya ada tante?” (Ohayou gozaimasu : Selamat pagi)
“Ada,
silahkan masuk! Tante panggilkan dulu yah?!”
Masaya
masuk lalu duduk menungguku.
“Ai-chan... Ai-chan... ada orang mencarimu, cepat turun!” Ibuku meneriakiku untuk
segera turun.
Sebenarnya
aku bahagia banget hari ini bisa pergi jalan berdua sama kak Masaya. Tapi, aku
juga takut kalau sampai bertemu salah satu anggota ‘The famous’ di jalan. Semoga aja nggak ketemu!! Aku bergegas turun.
Ya...
ampun, ternyata kak Masaya kalau nggak pakai seragam sekolah tambah ganteng aja
dan juga terlihat semakin dewasa. Aduh, kalau begini rasa suka-ku bisa
bertambah 40%. Aku harus menenangkan diriku sebelum berbicara.
“Masaya-nii chan sudah lama menunggu?”
“Nggak
kok, baru juga datang. Yuk, kita pergi!”
“I...
Iya...”
“Pamit
dulu yah Tante.”
“Iya,
jaga Ai-chan baik-baik yah! Dia itu suka bertingkah aneh.” Ibuku menggoda kami.
“Ah,
Ibu... kok ngomong kayak gitu sih?” ucapku dengan bibir manyun.
“Baik,
Tante! Pasti akan ku jaga baik-baik.” Kami berdua keluar, lalu meninggalkan
rumahku menuju ke salah satu toko buku yang cukup besar, dan memiliki koleksi
buku yang cukup lengkap.
Di toko buku.
Gawat
penyakitku kambuh lagi. Aku ini kalau ke toko buku, kalau aku pergi bersama
orang lain pasti aku pulangnya sendirian abisnya orang yang bersamaku pasti
akan ninggalin aku. Alasannya, karena jika sudah sampai disana aku akan sibuk
sendiri mencari komik dan membacanya. Sambil tertawa seperti orang bodoh.
“Ai-chan
lucu banget! Ketawa sendiri.”
Merasa
malu dengan ucapan kak Masaya, sontak aku langsung memukulkan komik yang aku
baca ke kak Masaya. Tentu saja, dengan pukulan yang nggak keras, maksud
pukulannya sih cuma bercanda. “Masaya-nii
chan jahat, kok bilang kayak gitu sih?”
“Aku
nggak jahat kok, cuma mengatakan hal yang sebenarnya.” Katanya sambil setengah
tertawa.
Akupun
ikut tetawa. Rasanya lega, bisa tertawa lagi bersamanya. Sudah beberapa hari
ini aku jarang tertawa semenjang kejadian itu.
“Ai-chan
manis deh kalau lagi tertawa.” Kak Masaya menggodaku.
“Berarti
selama ini aku nggak manis yah? Aku baru manis kalau aku tertawa?” ucapku
setengah bercanda.
“Masaya...
kebetulan banget yah? Kita bertemu di sini. Eh, Ai juga ada yah?” Kak Jane dan
teman-temannya dari ‘The famous’
menghampiri kami.
Rasanya
aku hampir mati berdiri. Kenapa bisa bertemu disini sih?
“Kalian
datang bareng yah?” tanya kak Riri dengan wajah yang mengeluarkan aura seakan
berkata, ‘BERANINYA KAMU DI DEKAT DIA LAGI!’
“Iya,
Ai-chan temani aku cari buku.” Jawab kak Masaya dengan polosnya. Sepertinya dia
tidak merasakan aura jahat yang dipancarkan oleh ke empat monster dari ‘The famous itu’
####
greget bangett... ngapain the famous ke toko buku segala(?) yang benar saja(?) biasanya geng sosialita kek gitu mah nongkrongannya bkn di toko buku =3=)/
BalasHapus*Aiiii~~~ hidupmu tragis sekali nakk hiks hiks >,<)~
*ditunggu lanjutannya, Ekky-sama °3°)/
Terima kasih sudah berkenan membacanya, ini cerita di tulis pas kelas 3 sma jadi masih alay jalan ceritanya hihihi
Hapuswalupun seprti itu,,, tapi ceritanya tetap menyentuh hati >3<)/
Hapus*tetap berkreasi ekky-oneesama... i'll support u :3 :3 :3
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus